Lafaz ajal sendiri disebutkan lebih dari 30 kali dengan berbagai derivasi.
KONTRASACEH.NET, Oleh: Ina Salmah Febriani*
Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika mendengar kata ‘ajal’? ya, kata tersebut identik dimaknai dengan kematian seseorang. Namun, tahukah Anda bahwa kata ‘ajal’ di dalam Alquran (yang berakar kata alif-jim dan lam) ini tidak selalu dimaknai kematian—melainkan batas waktu baik makhluk maupun sesuatu.
Lafaz ajal sendiri disebutkan lebih dari 30 kali dengan berbagai derivasi. Misalnya, dalam lafaz sesuai dengan akar katanya, ajali, disebut sebanyak 31 kali, lalu ajalan tiga kali, ajalana satu kali, ajalahu-ajalihi masing-masing satu kali, ajalaha dua kali, ajaluha satu kali, ajaluhum enam kali, ajalhunna lima kali, ajalayni satu kali, muajjalan satu kali dan terakhir, lafaz ajli hanya disebut satu kali.
Melalui derivasi yang sangat beragam tersebut, lafaz ‘ajal’ sering kali disebut dengan ajalin musamma seperti konteks utang piutang (QS al-Baqarah [2]: 282) atau soal penciptaan matahari dan bulan yang beredar menurut waktu yang ditentukan (QS Luqman[31]: 29, QS Fathir [35]: 13, dan QS az-Zumar [39]: 50). Sedangkan, yang terkait langsung dengan waktu batas akhir manusia salah satunya ialah surah Yunus [10]: 49).
“Dan setiap umat ada batas akhir (usianya). Apabila datang ajal mereka maka tiada mampu mengundur kedatangannya barang sedikitpun atau mempercepatnya.”
Kata ajal dalam QS Yunus (10): 49 tersebut maksudnya ialah batas akhir dari sesuatu, usia, kegiatan, atau peristiwa apa pun. Quraish Shihab memandang ayat di atas sebagai aturan atau yang biasa kita sebut dengan sunnatullah. Dengan demikian, sunnatullah diatur sedemikian rupa oleh Alquran tentang hukum-hukum sebagai isyarat jatuh bangunnya suatu masyarakat. Karenanya, ajal terbagi menjadi dua.
Ada ajal perorangan, ada ajal yang bersifat kolektif (masyarakat). Karenanya, sunnatullah berbanding lurus dengan tingkah laku manusia. Jika segala sesuatu ada kadar dan sebabnya, usia dan keruntuhan satu sistem dalam suatu masyarakat pun pasti ada kadar dan ada pula penyebabnya, misalnya, dalam QS al-Kahfi (18): 59 merupakan salah satu contoh sunnatullah yang menjelaskan kadar dan penyebab itu— jika satu masyarakat telah sampai pada satu perilaku yang zalim maka ketika itu ia akan runtuh.
Kembali pada surah Yunus (10): 49 soal ajal, ayat tersebut merupakan peringatan mengenai dua hal, secara umum kepada masyarakat musyrik Makkah tentang dekatnya keruntuhan sistem kemasyarakatan mereka, yaitu syirik dan penyembahan berhala.
Secara khusus, kata umat—berlaku umum pada seluruh kumpulan manusia sejak dulu hingga masa yang akan datang bahwa manusia seluruhnya kelak menemui batas akhir dari hidupnya dan mempertanggungjawabkan semua amalnya.
Selaras dengan ajal, ada hadits yang bisa menjadi pengingat kita soal batas waktu atau akhir dari fase kehidupan ini. Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis segi empat dan beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah.
Beliau bersabda, ”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.938].
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa setiap hidup manusia sudah satu paket dengan aneka ujian, cobaan, musibah, termasuk ajal yang akan mengelilinginya, kapan dan di mana pun ia berada. Adapun hadits lain yang mengingatkan kita tentang batas waktu usia, dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun. Dan sangat sedikit di antara mereka yang melewati itu.” [HR Ibnu Majah, no. 4.236; Tirmidzi, no. 3.550. Lihat Ash Shahihah, no. 757].
Kedua hadits di atas menjadi pengingat agar manusia senantiasa sadar dan bersemangat mempersiapkan pertemuan spesial dengan-Nya di akhirat kelak. Pertemuan spesial yang harus cukup amal dan bekal. So, selamat menabung amal dan berbekal, semoga kebaikan menjadi penutup dari akhir batas usia kita di dunia, Aamiin….
*Penulis Buku, Dosen
Dikutip : https://www.republika.co.id/berita/qo67gw313/memahami-hakikat-ajal
Discussion about this post