JUJUR saya adalah salah seorang yang sangat suka membaca surat kabar. Hampir setiap hari, saya sempatkan sejenak nongkrong di warung kopi hanya untuk bisa melepaskan dahaga saya membaca koran.
Namun satu yang membuat saya penasaran, mengapa saya hanya bisa menjadi pembaca tetapi tidak bisa menjadi penulis, ibarat hanya selalu jadi penonton, tanpa pernah jadi pemain.
Dalam beberapa waktu belakangan ini saya sangat suka membaca rubrik “Opini. Saya larut ketika membacanya, senyum, mengangguk-angguk, atau bersedih. Terkadang saya memberikan pujian. Jujur, lagi ada perasaan iri di hati, bahwa saya ingin bisa menulis seperti mereka.
Seorang dosen, ketika saya belajar dulu berkata, “sekali saja engkau tidak menulis, maka engkau akan tenggelam dan dilupakan selamanya”.
Kata-kata itu selalu tergiang dan menggelora di hati saya. Tak ada kata terlambat untuk belajar, sedikit demi sedikit saya mencoba untuk melatih diri saya, agar bisa menciptakan sebuah ‘tulisan’.
Ketika saya membaca “Opini”, saya tidak hanya membacanya, tapi juga menelaahnya. Bagaimana penulis memulai tulisannya, sehingga memancing untuk membacanya sampai selesai. Juga mengakhiri tulisan itu dengan memberikan kesan. Seluruh tulisan mengalir dan utuh dalam satu kesatuan. Penggunaan tanda baca dan penulisan yang benar, tak luput dari perhatian saya.Tekad dan Kemauan.
Pertama sekali modal utama dalam menulis adalah membaca. Seseorang yang suka membaca, sebenarnya telah memiliki modal yang besar untuk menulis. Karena dengan membaca seseorang mempunyai wawasan yang luas dan mendapat pengalaman dari sumber-sumber bacaannya.
Selain itu, dengan sering membaca akan memperkaya kosa kata yang dimiliki, yang sangat berguna dalam kegiatan menulis. Setiap kali membaca sesuatu, otak akan membuat satu ruang baru untuk menyimpannya, sehingga kapasitas memori otak pun terus bertambah, demikian juga dengan kemampuan berpikir.
Maka dengan membaca, dapat memantik ide-ide baru yang akan ditulis. Ide biasanya sering datang secara tiba-tiba, seperi angin yang berhembus sejenak lalu menghilang. Jadi ada baiknya dicatat, agar tidak hilang begitu saja. Membaca bisa dikembangkan menjadi hobi, ketika membaca itu menjadikan sumber kesenangan dan hiburan seumur hidup.
Mulailah menulis. Karena menulis sebagai hal yang menyenangkan, diawali dengan tulisan yang ringan, sesuai dengan keinginan dan kegirangan hati. Satu hal yang membantu lancarnya penulisan adalah membuat kerangka tulisan, ini sangat berguna untuk memudahkan apa saja yang akan dituliskan.
Selain itu, seorang penulis wajib menyampaikan informasi yang benar. Karena itu, data faktual yang disampaikan harus dipastikan kebenarannya dari sumber yang valid, seperti dari literatur, tinjauan pustaka, media online dan sumber-sumber lainnya.
Adakalanya ketika menulis mengalami kemacetan, maka perlu beristirahat sejenak, dengan melakukan kegiatan ringan yang menyenangkan dengan lingkungan sekitar, sehingga kembali segar dan santai dengan inspirasi baru, untuk melanjutkan tulisan.
Ketika tulisan disimpan, dan dibaca kembali berulang-ulang, maka akan menemukan bagian-bagian yang akan diperbaiki, untuk menyempurnakan tulisan tersebut menjadi lebih baik.
Tulisan menjadi sangat berharga bila dipublikasikan, karena bermanfaat bagi pembaca dalam menambah informasi dan memperluas cakrawala pemikiran, serta membangun nilai-nilai di masyarakat.
Ada kepuasaan hati yang melengkapi, bila tulisan itu dihargai secara finansial, dan niscaya memberikan motivasi untuk menulis terus dan lagi. Selama mampu menyerap inspirasi, mengembangkan daya-imajinasi , dan ulet berlatih, seorang pemula akan tumbuh menjadi seorang penulis.
Berkat kemajuan internet, belajar mandiri (otodidak) pun di era sekarang sangatlah mudah. Bila ada tekad dan kemauan, pasti jalan terbuka kemuliaan.
Kembali kepada tulisan “Opini”, sesuatu yang istimewa dan membanggakan, bila penulisnya masih muda, baik dari pelajar umum, pasantren, mahasiswa, dan lain-lainnya.
Sebagai sebuah proses kreatif, menulis di usia muda sangat bermanfaat, karena sejak dini sudah melatih diri. Ini membantu menemukan apa yang ingin diketahui tentang diri sendiri, juga dunia, serta memberikan harapan, membantu bermimpi luas dan dalam. Mereka kelak menjadi pemuda hebat menantang zaman yang dahsyat.
Menulis adalah jalan dalam menggapai kecemerlangan ilmu, disamping juga sebagai media dakwah. Tidak harus terjun langsung sebagai pendakwah itu sendiri, tapi dengan tulisan-tulisan yang bermanfaat bagi kemashalatan umat, dalam menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang penulis tentu melalui pembelajaran, untuk menghasilkan tulisannya, sehingga menambah ketrampilan dan ilmunya. Lebih lagi, dapat menyiarkan nilai-nilai kebaikan dan membagikan ilmu pengetahuan. Seorang yang berilmu akan dimuliakan kedudukannya, dinukilkan,“Niscaya Allah akan mengangkat derajat yang lebih tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu” (QS al’Mujadalah :11).
Di era pandemi ini, ketika waktu luang banyak tersedia, membaca dan menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Selain dapat meningkatkan kesehatan mental, juga merupakan metode relaksasi yang dapat mengendalikan stres dan rasa kekhawatiran yang ditimbulkan oleh pandemi Covid 19 ini, sehingga pikiran menjadi lebih tenang dan membawa kedamaian batin.
Demikianlah, saya mengompori pembaca, khususnya anak-anak muda, terutama yang belum menulis atau baru belajar seperti saya, bahwa sering duduk di warung kopi bukanlah suatu pecundang.
Selain mendapatkan ide-ide baru, cobalah menuangkan ide tersebut dalam sebuah tulisan. Karena masih pemula, tentu tulisan itu tidak langsung selesai. Tapi perlu waktu untuk berlatih seperti pengalaman saya di atas. Ketahuilah, menulis akan membuat jiwa yang merdeka, bergerak karena hati yang bebas, pikiran luas dan keleluasaan jiwa.
Ayo Semangat Menulis!
Saat ini pekerjaan saya sebagai seorang wiraswasta, kurang sejalan dengan kuliah saya dulu, di perguruan tinggi. Terkadang penilaian miring, “untuk apa juga kuliah”, pernah juga di tujukan untuk saya. Ada juga rasa sedih, karena belum bisa membela diri.
Dengan “menulis” ini, bisa sebagai pembelaan bagi saya, bahwa ilmu yang saya dapatkan dari perguruan tinggi, membuat wawasan saya terbuka, dan saya bisa memberikan ide dan argumen dalam bentuk tulisan. Sekarang saya bisa sedikit mengobati luka hati, dari perkataaan mereka, dan masih tersisa kebanggaan, karena setiap tindakan mencipta dapat menjadi cara penyembuhan diri.
Penulis : RAHMAT. M Tb, Penikmat Kopi PKL (Pedagang Kaki Lima)
Discussion about this post