Banda Aceh – Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman mengaku amat sedih mendengar berita rusaknya kompleks makam salah satu Pahlawan wanita Aceh terkuat Panglima Cut Meutia.
Lambannya respon semua pihak terkait, dan saling lempar tanggung jawab membuat ketua Peusaba gusar bukan main.
“Bukan saatnya saling lempar tanggung jawab, kewajiban menjaga makam Panglima Wanita Aceh Cut Meutia yang merupakan Jenderal perang terakhir wanita kesultanan Aceh Darussalam, adalah tanggung jawab bersama, apalagi beliau sudah terdaftar sebagai pahlawan nasional
Bagaimana bisa kita punya muka dihadapan bangsa-bangsa lain sedangkan kita membiarkan makam nenek moyang kita hancur dengan tanah”.
Peusaba meminta pihak terkait, untuk berhenti saling lempar tanggung jawab, dan secepatnya memperbaiki kawasan makam yang rusak parah dan memperbaiki jalan menuju makam yang juga rusak.
Cut Meutia telah mengorbankan nyawa untuk kita semua anak cucunya yang tak pernah dikenalnya dan tak pernah dilihatnya. Melindungi makamnya menunjukkan penghargaan dan terima kasih kita, bahwa kita bangsa Aceh masih memiliki darah pahlawan. Nenek moyang kita pahlawan Aceh adalah para ksatria Islam dimasa lalu yang menyebarkan agama Islam di Asia Tenggara.
Peusaba mengingatkan agar semua pihak terus menjaga situs sejarah Aceh. Peusaba kembali mengingatkan bagaimana kisah negeri Arakan Rohingya dan Campa yang dulu merupakan Kerajaan Islam, kemudian Islam di negeri itu hilang dan situs sejarah nya dilenyapkan tanpa bekas.
Demikian pula hal sama yang sekarang terjadi di pusat Aceh, Bandar Aceh Darussalam. Kita masih terus berjuang mempertahankan kawasan Gampong Pande tempat situs makam Raja-raja pertama Aceh yang oleh Pemerintah Kota Banda Aceh hendak dijadikan kawasan IPAL pembuangan limbah tinja, dan kita juga terus memperjuangkan kawasan Makam Sultan Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail atau Poteu Jeumaloy yang terus mau dihancurkan. Dan masih banyak lagi situs sejarah Aceh bukti kebesaran Islam di Aceh yang hampir musnah.
Maka Bangsa Aceh bersatulah. Jaga semua situs sejarah Aceh dan terus memperjuangkan Aceh Darussalam.
Discussion about this post